PRAKTIKUM MEKANIKA
KLASIK
MOMEN INERSIA PADA KATROL
DALAM
PESAWAT ATWOOD
Disusun Oleh :
Nelpi Dahlia Sihombing
1414150008
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN
INDONESIA
JAKARTA
MOMEN INERSIA PADA KATROL
DALAM
PESAWAT ATWOOD
1. Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah agar menambah wawasan
mengenai penggunaan pesawat atwood, serta menyelidiki berlakunya hukum newton
satu,dua dan tiga, dan menghitung momen inersia pada katrol saat pesawat atwood
digerakkan.
2. Dasar teori
Fisika merupakan ilmu alam atau studi tentang materi, gejala benda alam
yang tidak hidup dan pergerakannya melalui ruang dan waktu. misalnya energi dan
daya. Bila dilihat secara lebih luas lagi bahwa fisika adalah ilmu yang
menganalisis alam, dilakukan untuk memahami bagaimana alam semesta berperilaku.
Ilmu fisika juga terjadi pada diri kita, dimana kita dapat berdiri tegak tanpa
melayang di bumi ini. Tak hanya pada kita, fisika juga terjadi pada setiap
benda termasuk benda tegar, serta benda – benda yang memiliki dinamika gerak
translasi.
Dalam percobaan pesawat atwood ini
terdapat gerak lurus beraturan (GLB) dan geral lurus berubah beraturan (GLBB),
yang mana GLB adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kecepatan tetap
dengan percepatan nol, sehingga jarak yang ditempuh hanya ditentukan oleh
kecepatan yang tetap dalam waktu tertentu. Sedangkan GLBB adalah gerak lurus
pada arah mendatar dengan kecapatan yang berubah setiap saat karena danya
percepatan yang tetap.
Tidak hanya gerak lurus beraturan
maupun gerak lurus berubah beraturan, tapi prinsip kerja katrol juga
diterapkan. Katrol merupakan Katrol juga merupakan sebuah roda yang
sekelilingnya diberi tali dan dipakai untuk mempermudah pekerjaan manusia. Jika
kamu mengangkat barang dengan menggunakan katrol, maka kamu akan merasa lebih
ringan jika jumlah katrol yang kamu gunakan semakin banyak.
Dalam
gerak translasi murni, sifat benda tegar mempertahankan keadaan geraknya
disebut sebagai sifat kelembaman atau inersial. Sifat kelembaman atau inersial
itu dinyatakan oleh massa kelembaman atau massa inersial yang biasa disebut
secara singkat sebagai massa. Dalam gerak rotasi murni, peran massa kelembaman
benda tegar digantikan oleh momen kelembaman benda tegar atau momen inersia
benda tegar. Momen inersia benda tegar adalah sifat benda tegar mempertahankan
keadaan geraknya atau berarti sama dengan kemalasan benda tegar untuk mengubah
keadaan geraknya. Momen inersia sebuah benda tegar bergantung kepada bentuk
geometris, distribusi massa dan letak sumbu rotasinya. Dalam kegiatan belajar
ini anda dapat mempelajari momen inersia dari sebuah katrol. Momen inersia
sebuah katrol merupakan ukuran kelembaman sebuah katrol untuk berotasi atau
berubah keadaan gerak rotasinya bila ada resultan momen gaya yang bekerja
padanya.
Momen
inersia katrol ini dapat ditentukan pertama dengan menggunakan pendekatan
konsep dan matematis melalui penjabaran dengan menggunakan teknik differensial
dan integral, dan kedua adalah dengan pendekatan empiris melalui percobaan.
Dalam makalah ini, momen inersia sebuah katrol akan ditentukan dengan
menggunakan pendekatan empiris melalui percobaan dan perhitungan fisika
3. Metode
Percobaan
A. Alat
·
Gunting
·
Gergaji
·
Pisau
·
Martil
B.
Bahan
·
CD Bekas
·
Tali pancing
·
Lem
·
Paku
·
Kayu dan papan
·
Keramik
C.
Langkah-langkah untuk melakukan
praktikum.

![]() |


|

|


|

|
|
|


4. Hasil
Dan Pembahasan
a. Hasil.
Beban 1







Beban 2













·
Grafik x dan x
·
Teori ketidakpastian
![]() |
![]() |
60
|
3600
|
40
|
1600
|
100
|
5200
|
·
Kesalahan mutlak






·
Kesalahan relatif



·
Ketelitian


·
Tabel
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
60
|
80
|
3600
|
4800
|
40
|
50
|
1600
|
2000
|
100
|
130
|
5200
|
6800
|

















·
Grafik x dan y
b. Pembahasan
Ø Pesawat Atwood
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang
sering digunakan untuk mengamati hukum mekanika pada gerak yang dipercepat
secara beraturan. Sederhananya pesawat atwood tersusun atas 2 benda yang terhubung dengan
seutas kawat/tali. Bila kedua benda massanya sama, keduanya akan diam. Tapi bila salah
satu lebih besar (misal m1>m2). Maka kedua benda akan
bergerak ke arah m1 dengan dipercepat. Gaya penariknya sesungguhnya adalah berat benda 1. Namun karena banda 2
juga ditarik ke bawah (oleh gravitasi), maka gaya penarik resultannya adalah
berat benda 1 dikurangi berat benda 2. Berat benda 1 adalah m1.g dan
berat benda 2 adalah m2.g. Gaya resultannya adalah (m2-m1).g dan Gaya ini menggerakkan
kedua benda. Sehingga, percepatan kedua benda adalah resultan gaya tersebut dibagi
jumlah massa kedua benda.
Udara akan memberikan hambatan udara atau gesekan udara terhadap
benda yang jatuh. Besarnya gaya gesekan udara yang akan gerak jatuh benda
berbanding lurus dengan luas permukaan benda. Makin besar luas permukaan benda,
makin besar gayagesekan udara yang bekerja pada benda tersebut. Gaya ini tentu
saja akan memperlambat gerak jatuh benda. Untuk lebih memahami secara
kualitatif tentang hambatan udara pada gerak jatuh, kita dapat mengamati gerak penerjun
payung.Penerjun mula-mula terjun dari pesawat tanpa membuka parasutnya. Gaya
hambatan udara yang bekerja pada penerjun tidak begitu besar, dan jika
parasutnya terus tidak tidak terbuka, penerjun akan mencapai kecepatan
akhir kira-kira 50 m/s ketika sampai di tanah. Kecepatan itu kira-kira sama
dengan kecepatan mobil balap yang melajusangat cepat. Sebagai akibatnya,
penerjun akan tewas ketika sampai di tanah. Dengan mengembangkan parasutnya, luas permukaan menjadi cukup
besar, sehingga gaya hambatan
udara yang bekerja papa penerjun cukup basar untuk memperlambatkelajuan terjun
Pesawat
Atwood juga merupakan seperangkat alat yang memungkinkan kita untuk mengamati
bagaimana sebuah benda bergerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus yang
dipercepat (GLBB)
Ø Hukum Newton
Hukum I Newton : Setiap benda akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan jika tidak
ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu. Jika kita simpulkan, maka
menurut hukum I Newton ini setiap benda bersifat lembam yang berarti bersifat
mempertahankan keadaan geraknya. Kemudian yang dimaksud dengan resultan gaya
pada benda adalah jumlah vektor dari semua gaya yang bekerja pada benda itu.
Hukum II Newton : Percepatan yang dialami sebuah benda besarnya sebanding dengan besar
resultan gaya yang bekerja pada benda itu, searah resultan gaya itu dan
berbanding terbalik dengan massa kelembaman benda itu. Hukum II Newton
ini biasa dinyatakan secara matematik dengan persamaan:
∑F = m . a
Pada persamaan di atas, m disebut massa kelembaman benda. Massa
kelembaman benda diperoleh dengan cara membandingkan resultan gaya yang bekerja
pada benda itu dengan percepatan yang dialaminya akibat resultan gaya tersebut.
Hukum III Newton : Untuk setiap gaya (aksi) terdapat sebuah pasangan gaya (reaksi) yang
besarnya sama dan arahnya berlawanan. Hukum III Newton ini biasa dikenal
sebagai hukum aksi-reaksi dan biasa dinyatakan secara singkat sebagai F Aksi = - F reaksi
Ø Momen Inersia pada Katrol
Pada
gambar katrol di atas dilukiskan sebuah sistem yang terdiri dari dua buah
silinder yang massanya dibuat sama M1 dan M2 dihubungan
dengan tali melalui sebuah katrol. Pada sistem ini gesekan katrol dan massa
tali diabaikan, tali dianggap tidak mulur dan tidak pernah slip terhadap
katrol. Sistem yang demikian ini kemudian disebut sebagai pesawat Atwood. Pada
M1 diberikan massa tambahan m agar sistem bergerak lurus berubah
beraturan. Karena (M1+m) > M2 maka (M1+m)
dan M2 kedua-duanya akan bergerak dipercepat beraturan sesuai dengan
hukum II Newton. (M1+m) bergerak turun, M2 bergerak naik
dan katrol berotasi. Karena tali dianggap tidak mulur, maka percepatan (M1+m)
akan sama besarnya dengan percepatan M2. Dengan menerapkan hukum II
Newton, dapat diperoleh besar resultan gaya pada masing-masing silinder sesuai
dengan persamaan berikut ini. Pada (M1+m) bekerja resultan gaya
sebesar :
W1
– T1 = (M1 + m) a
sedangkan pada benda M2 bekerja resultan gaya
sebesar :
W2 – T2 = M2 a
Jika
kedua persamaan di atas dijumlahkan maka dapat diperoleh :
( W1 – W2 ) – ( T1
– T2 ) = ( M1 + M2 + m ) a
yang
dapat diubah menjadi
( T1 – T2 ) = ( W1
– W2 ) – ( M1 + M2 + m ) a
Pada katrol, selisih tegangan tali (T1-T2)
akan menyebabkan momen gaya terhadap sumbu katrol sehingga katrol berotasi
dengan percepatan sudut α yang besarnya memenuhi
persamaan :
( T1 – T2 ) R = I.α
( T1 – T2 ) = I.α / R
Dengan I adalah momen inersia katrol
Bila
kita hubungkan gerak translasi dengan (M1+m) dan M2 dengan
gerak rotasi katrol, maka terdapat hubungan a = α .
artinya percepatan tali atau percepatan kedua silinder sama dengan percepatan
tangensial pinggirak katrol. Dengan demikian, maka persamaan di atas dapat
diubah menjadi :


Dari persamaan diatas diubah menjadi :

Karena gaya berat = m . g, maka persamaannya
menjadi


5. Kesimpulan.
Pesawat Atwood merupakan alat
eksperimen yang sering digunakan untuk mengamati hukum mekanika pada gerak yang
dipercepat secara beraturan. Sederhananya pesawat atwood tersusun atas 2 benda
yang terhubung dengan seutas kawat/tali.Bila kedua benda massanya sama,
keduanya akan diam. Tapi bila salah satu lebih besar (misal m1>m2). Maka
kedua benda akan bergerak ke arah m1 dengan dipercepat
Dalam percobaan ini, berlaku seluruh hukum newton serta
terjadinya gerak translasi, yaitu gerak lurus beraturan (glb) dan gerak lurus
berubah beraturan atau (glbb). Tak hanya itu, percobaan ini juga menghasilkan
momen inersia / kelembamam yang terjadi saat sedang dilakukan. Jika
percepatan gravitasi diketahui, dan besaran-besaran M1, m, M2, R, dan a dapat
diukur atau ditentukan dari percobaan, maka momen inersia I dapat dihitung. Di
dalam percobaan, a dapat ditentukan dengan mengukur selang waktu dan
jarak yang ditempuh oleh (M1+ m) selama selang waktu itu. Jarak yang ditempuh
(M1+ m) selama bergerak lurus berubah beraturan itu memenuhi persamaan gerak
lurus berubah beraturan.
Berlakunya hukum newton
satu, dua, dan tiga. Tidak adanya gesekan antara alat dengan udara pada saat
percobaan / eksperimen dilakukan. Gerakan beban saat melewati klem pembatas
berlubang akan berubah karena beban menyentuh klem tersebut dan waktu yang
didapat semakin besar.
6. Daftar
pustaka
·
Resnick, Halliday. 1991. Fisika Jilid 1 Terjemahan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
·
Sutrisno. 2001. Seri
Fisika Dasar. Bandung: Penerbit ITB.
·
Tipler,Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
·
Young and Freedman. 1999. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
7. Lampiran




Tidak ada komentar:
Posting Komentar